Definisi dan Konsep IP ADDRESS serta SUBNETTING

Rabu, 13 April 2011


IP ADDRESS dan SUBNETTING
Pengertian IP Address
IP Address adalah alamat yang diberikan ke jaringan dan peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP Address terdiri atas 32 bit (biary digit atau bilangan duaan) angka biner yang dibagi dalam 4 oket (byte) terdiri dari 8 bit. Setiap bit mempresentasikan bilangan desimal mulai dari 0 sampai 255. Jumlah IP address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia.
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama.
IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Namun Kelas D dan E tidak digunakan secara umum
Untuk menandai kelas satu dengan kelas yang lain, maka dibuat beberapa peraturan sebagai berikut :
  • Oktet pertama dari kelas A harus dimulai dengan angka biner 0.
  • Oktet pertama dari kelas B harus dimulai dengan angka biner 10.
  • Oktet pertama dari kelas C harus dimulai dengan angka biner 110.
Disamping itu ada beberapa peraturan yang harus diketahui yaitu :
  • Angka 127 dioktet pertama digunakan untuk loopback
  • Network ID tidak boleh semuanya terdiri dari angka 0 atau 1
  • Host ID tidak boleh semuanya terdiri dari angka 0 atau 1
Agar jaringan dapat mengetahui kelas mana yang dipakai oleh IP address, dipergunakan default subnet mask. setiap IP address harus memiliki default subnet mask. Angka desimal 255 atau biner 11111111 dari default subnet mask menandakan bahwa oktet yang bersangkutan dari IP address adalah untuk network ID. Sedangkan angka desimal 0 atau biner 00000000 dari default subnet mask menandakan bahwa oktet yang bersangkutan dari IP address adalah untuk host ID.
Contoh :
1. IP address 25.20.5.31
Default subnet mask 255.0.0.0
Berada dikelas A
2. IP address 172.20.5.31
Default subnet mask 255.255.0.0
Berada dikelas B
3. IP address 195.20.5.31
Default subnet mask 255.255.255.0
Berada dikelas C
Jadi untuk menentukan kelas suatu IP bisa langsung dilihat dari oktet pertama IP tersebut (contoh : 195.20.5.31)
2. SUBNETING
Jika seorang pemilik sebuah IP address kelas B misalnya dengan network ID 130.200.0.0 memerlukan lebih dari 1 network ID, maka ia harus mengajukan permohonan ke Internic untuk mendapatkan IP address baru. Namun persediaan IP address pada saat ini sangat terbatas karena menjamurnya jumlah situs-situs di internet. Untuk mengatasi kesulitan ini dan menghindarkan banyak nya pengajuan baru ke Internic, munculah suatu teknik untuk memperbanyak network ID dari satu network ID yang sudah ada. Hal ini dinamakan subnetting, dimana sebagian Host ID dikorbankan untuk dipakai dalam membuat network tambahan.
Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah:
1. Jumlah Subnet,
2. Jumlah Host per Subnet,
3. Blok Subnet,
4. dan Alamat Host- Broadcast.
Sebagai contoh : IP address 130.200.0.0 (100000010.11001000.00000000.00000000) dengan default subnet mask 255.255.0.0 untuk mempelajari subnetting sekarang misalnya kita ingin memiliki 2 network ID dari IP address yang telah kita miliki. Untuk itu kita Mask 2 bit dari host ID tersebut, maka sekarang kita memiliki empat kombinasi 00, 01, 10, dan 11 tetapi karena 00 dan 11 semuanya 0 atau semua 1 yang menurut peraturan IP address tidak diizinkan, maka tinggal 2 kombinasi 01 dan 10 saja yang bisa dipakai untuk subnet.
Sekarang perhatikan apa yang terjadi dengan default subnet mask 255.255.0.0 atau 11111111.11111111.00000000.00000000 dimana 2 bit teratas host ID diselubung (mask) untuk menjadi bagian dari network ID. Subnet mask yang baru sekarang menjadi 255.255.192.0
Dengan demikian kita telah membuat dua network ID baru
10000010.11001000.01XXXXXX.XXXXXXXX dan
10000010.11001000.10XXXXXX.XXXXXXXX
dengan subnet mask baru :
11111111.11111111.11000000.00000000 atau 255.255.192.0
dimana X adalah angka 0 atau 1 untuk membuat host ID yang memenuhi peraturan-peraturan IP address. Oleh sebab itu kelompok IP address dibawah ini tersedia untuk dua bit yang diselubung (mask).
Kelompok pertama adalah :
10000010.11001000.01000000.00000001 atau 130.200.64.1
sampai
10000010.11001000.10000000.00000001 atau 130.200.127.254
kelompok kedua adalah :
10000010.11001000.10000000.00000001 atau 130.200.128.1
sampai
10000010.11001000.10111111.11111110 atau 130.200.191.254
selain dengan menggunakan cara diatas untuk menentukan kelompok subnet, ada cara yang lebih singkat yang dapat kita lakukan sebagai berikut :
Misalnya kita menggunakan kelas B network ID 130.200.0.0 dengan subnet mask 255.255.221.0 dimana oktet ketiga diselubung dengan 224. Hitung dengan rumus 256-224 = 32. Maka kelompok subnet yang dapat dipakai adalah kelipatan 32 yaitu 32, 64, 128, 160, dan 192.
Dengan demikian kelompok IP adess yang dapat dipakai adalah :
130.200.32.1 sampai 130.200.63.254
130.200.64.1 sampai 130.200.95.254
130.200.96.1 sampai 130.200.127.254
130.200.128.1 sampai 130.200.159.254
130.200.160.1 sampai 130.200.191.254
130.200.192.1 sampai 130.200.223.254
Disamping penulisan IP address yang umum, dikenal pula penulisan IP address dengan notasi yang lebih singkat seperti dibawah ini :
IP address 130.200.10.1 dengan subnet mask 255.255.0.0 dapat ditulis secara singkat sebagai 130.200.10.1/16 Angka 16 dibelakang garis miring menandakan bahwa 16 bit dari subnet mask diselubung dengan angka biner 1, yaitu
11111111.11111111.00000000.00000000
Notasi penulisan singkat ini juga berlaku untuk IP address yang menggunakan metode subneting seperti contoh dibawah ini :
IP address 172.16.10.1 dengan subnet mask 255.255.255.0 dapat ditulis secara singkat sebagai 172.16.10.1/24. Angka 24 dibelakang garis miring menandakan bahwa 24 bit dari subnet mask diselubung dengan angka biner 1, yaitu
1111111.11111111.11111111.00000000 atau 255.255.255.0
Dari penjelasan dan contoh diatas, kita telah mempelajari bahwa dengan subnetting, Kita dapat menyelubung dua atau lebih bit-bit host ID selama masih tersedia bit yang dapat diselubung. Semakin banyak bit yang diselubung, semakin banyak pula network ID yang dapat kita buat. Namun demikian jumlah host ID nya akan berkurang
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa:
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B


Berikutnya subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah :
Normal0 falsefalsefalse EN-USX-NONEX-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Analisa :
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan :
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Normal0 falsefalsefalse EN-USX-NONEX-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Bagaimana dengan network address 172.16.0.0/25.
Analisa :
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
Blok Subnet = 256 - 128 = 128.
Alamat host dan broadcast yang valid?

o SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa :
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan :
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi selesaikan dengan urutan seperti itu :
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host
3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi total subnetnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Setelah menyelesaikan subnetting untuk IP address Class C. Bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah :



Definisi dan Teknologi dari IEEE 802.3, 802.5 802.11


1.      Ieee 802.3
Standard IEEE 802.3 ( ethernet)
Pada awalnya, Ethernet didesin untuk dijalankan di atas kabel koaksial pada kecepatan maksimum 10 MBps. Sekarang Ethernet beroperasi pada kabel koaksial thin-wide (10base2) dan unshielded twisted-pair (UTP) telephone wiring (10baseT). Devais pada network–PC, workstation, printer, server, dll – secara fisik terhubung ke kabel tunggal yang dikenal sebagai bus.

Pada perkembangan berikutnya, muncul teknologi Switch Ethernet, untuk menghindari problem tabrakan paket. Sebuah Switch Ethernet menggantikan pengkabelan hub. Berikutnya adalah Fast Ethernet, yang membesarkan bandwidth LAN dari 10 MBps menjadi 100 MBps. Ia menggunakan 2 standar: Gigabit 100Base-T (IEEE 802.3u) dan Gigabit 100VG-AnyLAN (IEEE 803.12). Bila upgrade ke switch Ethernet dilakukan tanpa perlu NIC baru dan pengkabelan, Fast Ethernet memerlukan NIC baru dan mungkin juga pengkabelan baru.

Standar 100Base-T menggabungkan dua skema signaling yang dikenal sebagai 100Base-4T dan 100Base-TX. 100Base-T mempunyai option protokol half-duplex yang beroperasi di atas kabel 4 pasang (kategori 3, 4 atau 5 UTP), yang juga digunakan untuk 10Base-T, shielded Twisted-pair (STP) dan fiber. Tiga pasang digunakan untuk transmisi data untuk masing-masing arah, sedangkan pasangan keempat untuk perlindungan kolisi.

Standar 100VG-AnyLAN menggunakan metode akses media berprioritas permintaan, dibandingkan dengan skema CSMA/CD yang didefinisikan Ethernet Standar. Trafik LAN diprioritaskan dalam 2 tipe – prioritas tinggi (trafik suara dan video) dan prioritas normal (data) – dalam system bertipe round robin. Ia beroperasi di atas kabel 4 pasang kategori 3 dan 5, STP atau Fiber.
Stadard IEEE 802.3 ini ditujukan bagi LAN 1-persistent CSMA/cd untuk mengingat kembali tentang ide ini , ketika stasiun akan melakukan transmisi, stasiun mendengarkan kabel. Bila kabel dalam keadaan sibuk, maka stasiun akan menunggu sampai kabel tersebut menjadi bebas; bila kabel dalam keadaan bebas ,maka stasiun dengan segera akan melakukan tranmisi. Jika dua stasiun atau lebih mengirimkan secara simultan pada sebuah kabel yang sedang bebas, maka stasiun akan mengalami tabrakan. Semua stasiun yang mengalami tabrakan itu akan menghentikan tranmisinya, menunggu waktu random, dan mengulangi seluruh prosesnya lagi.

** kelebihan

- protokolnya sangat sederhana

- stasiun dapat dipasang dalam keadaan sistem sedang berjalan tanpa harus mematikan, sistem terlebih dahulu

- standard ini menggunakan kabel pasif, dan tidak membutuhkan modem

- delay pada lalulintas yang tidak padat bisa dikatakan nol karena stasiun tidak perlu menunggu token , dan dapat secara langsung mengirimkan frame .

** kekurangan

- sebuah stasiun harus mampu mendeteksi signal lemah yang berasal dari stasiun lain , bahkan ketika dirinya sendiri sedang melakukan transaksi.

- semua rangkaian pendeteksi semua analog .
2.      Ieee 802.5
Standard IEEE 802.5 ( token ring)

Jaringan ring telah lama dan dipakai untuk LAN maupun WAN. Ring merupakan kumpulan link point to point indiual yang membentuk sebuah lingkaran. Link point to point melibatkan teknologi yang sudah dikenal baik dan terbukti dilapangan dan dapat dioperasikan pada twisted-pair, kabel koaksial, dan serat optik. Rekayasa ring juga hampir seluruhnya digital, sedangkan, misalnya 802.3 memiliki komponen analog penting untuk deteksi tabrakan. Ring juga adil dan memiliki akses saluran yang baik. Dengan alasan-alasan ini IBM memilih ring sebagai LAN-nya dan IEEE telah memasukkan standard token ring sebagai 802.5. Token-Ring berbasis standar IEEE 802.5 dan beroperasi pada 4 atau 16 MBps. Dengan Token-Ring, devais network secara fisik terhubung dalam konfigurasi ring dimana data dilewatkan dari devais ke devais secara berurutan. Sebuah paket kontrol, yang dikenal sebagai kontrol token, juga dilewatkan dalam ring. Devais yang ingin mentransmit data akan mengambil token, mengisinya dengan data dan dikembalikan ke ring. Devais penerima akan mengambil token tersebut, lalu mengosongkan isinya dan dikembalikan ke ring. Protokol ini mencegah terjadinya kolisi data dan menghasilkan performansi yang lebih baik pada penggunaan high-level bandwidth.

Ada tiga tipe pengembangan dari Token Ring dasar: full duplex, switched dan 100VG-AnyLAN. Token Ring Full Duplex menggandakan bandwidth yang tersedia bagi devais pada network. Switched Token Ring menggunakan switch yang mentransmisikan data antara segmen LAN, tidak antara devais LAN tunggal. Standar 100VG-AnyLAN mendukung format Ethernet dan Token Ring pada kecepatan 100 MBps.

** kelebihan

- Rekayasanya cukup mudah dan dapat berbentuk sepenuhnya digital

- Ring-ring dapat dibentuk dengan menggunakan tranmisi dari mulai carrier yang sederhana sampai serat optik secara virtual
3.      ieee 802.11(wireless lan)
Standard IEEE 802.11

Standard IEEE 802.11 adalah standard yang digunakan untuk jaringan lokal menggunakan wireles. Sebuah metode CSMA/cd telah diterapkan standard terakhir pada tahun 1998 juga telah menerapkan metode.
Sebuah Wireless Distribution System (WDS) adalah suatu sistem yang memungkinkan interkoneksi nirkabel jalur akses dalam IEEE 802.11 jaringan. Hal ini memungkinkan jaringan nirkabel yang akan diperluas menggunakan beberapa jalur akses tanpa memerlukan kabel tulang punggung untuk menghubungkan mereka, seperti yang secara tradisional diperlukan. Terkemuka WDS atas keuntungan dari solusi lain adalah bahwa ia melindungi alamat-alamat MAC klien frame di link antara jalur akses. Sebuah jalur akses dapat berupa utama, relay atau remote base station. Sebuah stasiun basis utama biasanya tersambung ke kabel Ethernet.Sebuah base station relay relay data antara BTS terpencil, klien nirkabel atau stasiun relay baik utama atau base station relay lain. Sebuah stasiun pangkalan terpencil menerima koneksi dari klien nirkabel dan melewati mereka pada relay atau stasiun utama. Sambungan antara "klien" yang dibuat dengan menggunakan alamat MAC daripada dengan menentukan IP tugas.
referensi:


Praktikum 4 :

Rabu, 06 April 2011



Membangun Jaringan WLAN
Materi : Menghubungkan Access Point ke Access Point
A.    A. Alat dan Bahan
1.      Wireless Access Point 3 Buah
2.      Switch 1 Buah
3.      Laptop 3 Buah
4.      Kabel power Access Point
5.      Kabel jaringan Straight
6.      Antena
B.     B. Langkah Percobaan
1.      Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya sama dengan praktikum menghubungkan komputer ke access point. namun ikuti rancangan jaringan seperti gambar diatas. Sambungkan Access Point dengan kabel power, pasang antena dan pasang kabel jaringan ke laptop untuk konfigurasi
2.       Ketik IP Address default Access Point pada browser di laptop anda. Seperti gambar dibawah ini:

3.      Masukkan password admin lalu OK. Password(admin). 

4.      Klik run wizard

5.      Masukkan password yang diinginkan lalu klik Next

6.      Ketik SSID yang dinginkan dan pilih channel klik Next

7.      Pilih security level WEP klik Next

8.      Tulis password anda tadi pada kolom first key. Klik Next

9.      Tunggu hingga restart selesai


10.      Atur DHCP server. Ubah IP Assigment. Range 10. Gateway. Lalu apply.

10.  Sambungkan kabel lan ke access point dan switch. Lalu ping computer lain yang terhubung dengan access point lain pada switch yang sama. Seperti gambar diatas.
Jadi intinya: jaringan WLAN antara access point A dengan access point B harus terhubung pada 1 switch sebagai terminalnya. Lalu beberapa computer dapat terhubung dengan menyambungkan kabel LAN pada switch yang sama


Followers

Wahyuni Eka Sari. Diberdayakan oleh Blogger.

What's Up Bebh??